Peristiwa gerhana matahari total 11 Juni 1983 disambut kepolisian dengan penuh kewaspadaan. Kepala Daerah Kepolisian Jawa Tengah ketika itu, Mayjen (Pol) JFR Montolalu menyatakan adanya kemungkinan momen gerhana dimanfaatkan oleh penjahat.
"Para penjahat dan kaum subversif yang berani coba-coba memanfaatkan suasana gerhana matahari total akan akan ditindak tegas," kata Montolalu saat apel pasukan pada 2 Juni 1983. Montolalu mengingatkan anak buahnya agar bisa mencegah kejahatan dan tindak subversif.
Menurut Montolalu, gerhana menjadi perhatian nasional dan internasional sehingga keamanan harus mantap. Kepolisian Jawa Tengah mengerahkan 3.300 personel terdiri dari petugas lalu lintas, Brimob, dan brigade satwa.
Sementara itu Kepolisian Yogyakarta berencana menggelar patroli keliling menjelang gerhana. Komandan polisi Yogyakarta ketika itu, Kolonel (Pol) Soeharsono mengatakan pihaknya akan lebih gencar mengingatkan masyarakat akan anjuran Presiden Soeharto agar menonton gerhana lewat televisi saja.
"Yang jelas pihak kami akan mengadakan patroli keliling dan pengarahan kepada masyarakat lebih gencar," kata Soeharsono. Sasaran utama patroli ini, kata dia, adalah generasi muda yang sering meremehkan resiko yang mungkin terjadi saat gerhana.
Menurut Soeharsono, gerhana matahari akan dianggap sama seperti hari Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru. Karena itu pengamanannya juga sama seperti hari-hari besar itu.
Sumber: detik
"Para penjahat dan kaum subversif yang berani coba-coba memanfaatkan suasana gerhana matahari total akan akan ditindak tegas," kata Montolalu saat apel pasukan pada 2 Juni 1983. Montolalu mengingatkan anak buahnya agar bisa mencegah kejahatan dan tindak subversif.
Menurut Montolalu, gerhana menjadi perhatian nasional dan internasional sehingga keamanan harus mantap. Kepolisian Jawa Tengah mengerahkan 3.300 personel terdiri dari petugas lalu lintas, Brimob, dan brigade satwa.
Sementara itu Kepolisian Yogyakarta berencana menggelar patroli keliling menjelang gerhana. Komandan polisi Yogyakarta ketika itu, Kolonel (Pol) Soeharsono mengatakan pihaknya akan lebih gencar mengingatkan masyarakat akan anjuran Presiden Soeharto agar menonton gerhana lewat televisi saja.
"Yang jelas pihak kami akan mengadakan patroli keliling dan pengarahan kepada masyarakat lebih gencar," kata Soeharsono. Sasaran utama patroli ini, kata dia, adalah generasi muda yang sering meremehkan resiko yang mungkin terjadi saat gerhana.
Menurut Soeharsono, gerhana matahari akan dianggap sama seperti hari Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru. Karena itu pengamanannya juga sama seperti hari-hari besar itu.
Sumber: detik